Makna Lagu Sick Boy – The Chainsmokers. “Sick Boy” yang dirilis pada Januari 2018 menandai perubahan drastis dari duo yang sebelumnya dikenal lewat lagu-lagu pesta ceria. Kali ini mereka datang dengan beat gelap, lirik sinis, dan nada yang jauh lebih keras. Lagu ini langsung masuk sepuluh besar di banyak negara dan menjadi single pertama dari album kedua mereka. Di balik produksi trap yang berat, tersimpan kritik pedas terhadap budaya media sosial, ketenaran instan, dan rasa muak terhadap diri sendiri yang terus mengejar validasi dari orang asing. REVIEW KOMIK

Perubahan Gaya dan Isi: Makna Lagu Sick Boy – The Chainsmokers

Setelah bertahun-tahun dianggap “raja lagu klub”, duo ini mengaku lelah dengan citra mereka sendiri. Mereka merasa terjebak dalam lingkaran membuat hits yang sama berulang-ulang hanya demi angka streaming dan sorotan kamera. “Sick Boy” jadi cara mereka melampiaskan frustrasi itu. Dalam lagu ini, mereka tidak lagi berpura-pura bahagia; mereka bicara blak-blakan tentang bagaimana ketenaran membuat mereka merasa hampa, munafik, dan terus-menerus membandingkan diri dengan versi editan orang lain di internet.

Kritik Keras terhadap Dunia Digital: Makna Lagu Sick Boy – The Chainsmokers

Liriknya penuh sindiran tajam. Baris “Feed yourself with my life’s work / How many likes is my life worth?” adalah tamparan langsung buat generasi yang mengukur nilai diri dari jumlah like dan follower. Mereka juga menyentil budaya cancel culture lewat “They say I’m sick and it’s not fixable / I swear that I’ll be just fine” – seolah menggambarkan bagaimana satu kesalahan kecil di dunia maya bisa membuat seseorang langsung dicap “rusak” selamanya.

Chorus “I’m just a sick boy, sick boy” diulang seperti mantra pengakuan dosa: aku tahu dirinya sakit karena terlalu lama hidup di dunia yang pura-pura, tapi tetap tidak bisa keluar dari sana.

Makna yang Lebih Dalam: Kejujuran yang Menyakitkan

Di balik nada sarkastik, lagu ini sebenarnya adalah teriakan minta tolong yang terselubung. Duo ini mengaku bahwa popularitas membuat mereka kehilangan identitas asli. Mereka jadi “sick” karena terus mempertontonkan kehidupan yang tidak nyata, menelan komentar negatif setiap hari, dan tetap tersenyum demi konten. Banyak pendengar justru merasa terwakili – bukan hanya artis, tapi siapa saja yang pernah merasa hidupnya dikendalikan oleh opini orang lain di layar ponsel. Lagu ini jadi anthem bagi mereka yang lelah berpura-pura baik-baik saja demi terlihat sempurna.

Kesimpulan

“Sick Boy” adalah titik balik yang berani. Alih-alih lari dari kritik bahwa mereka “hanya bikin lagu dangkal”, duo ini justru merangkulnya dan membaliknya menjadi senjata. Lagu ini membuktikan bahwa di balik gemerlap panggung dan jutaan streaming, ada manusia biasa yang juga bisa merasa kosong, marah, dan muak dengan dirinya sendiri. Lebih dari sekadar lagu, “Sick Boy” adalah cermin keras yang memaksa kita semua bertanya: seberapa jauh kita rela “sakit” demi diterima di dunia yang tidak pernah benar-benar peduli? Dan itulah yang membuat lagu ini masih terasa relevan, bahkan semakin menusuk, di tahun 2025 ini.

BACA SELENGKAPNYA DI…